Buah Perjuangan: Ketulusan Seorang Ayah dan Manisnya Harapan

Buah Perjuangan: Ketulusan Seorang Ayah dan Manisnya Harapan
Medan Tembung, Kota Medan - (21/03/25) Di tengah hiruk-pikuk kota Medan, seorang Bapak penjual pisang dengan tekun menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Tak sengaja, Jestham dan rekannya melintas dan menyapa sang Bapak, yang dengan ramah menceritakan kisah hidupnya. Setiap hari, Ia berjualan pisang untuk menghidupi keluarga, terutama anak-anaknya. Dengan bangga, Ia bercerita bahwa salah satu anaknya kini menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara (USU), salah satu kampus ternama di Medan. Meski hidup sederhana, sang Bapak tak pernah lelah berdoa agar rezekinya selalu cukup, termasuk untuk biaya pendidikan anaknya.
Dalam perbincangan yang hangat, sang Bapak menjelaskan bahwa Ia telah berjualan di tempat itu selama tujuh tahun. Ia bertanggung jawab penuh atas semua kelengkapan yang berada di tempatnya berjualan karena barang tersebut adalah titipan. Kalau rusak atau hilang, dialah yang pertama kali dimintai pertanggungjawaban. Meski cuaca tak menentu, Ia tetap setia menunggu hingga sore hari, pulang menjelang buka puasa untuk berkumpul bersama keluarga.

Kisah hidupnya semakin menyentuh ketika Ia bercerita tentang anak ketujuhnya yang kini berkuliah di USU, mengambil jurusan hukum. Anaknya menangis haru saat diterima di kampus ternama itu sambil menyampaikan kekhawatiran akan kemampuan finansial keluarga. Dengan tegas, sang Bapak memberikan dorongan semangat dan meyakinkan bahwa biaya pendidikan bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, yang terpenting adalah kesungguhan anaknya dalam belajar. Baginya, kebahagiaan tertinggi terletak pada kesuksesan anak-anaknya, meski harus diiringi kerja keras tiada henti dari fajar hingga senja.
Harapannya sederhana, Ia ingin anak-anaknya meraih masa depan yang lebih baik. Dengan keyakinan kuat, Ia yakin suatu hari nanti anaknyalah yang akan mengangkat nama keluarga. Meski hidup pas-pasan, Ia tak pernah mengeluh. Setiap pisang yang terjual adalah langkah kecil menuju impian besar, melihat anaknya lulus dengan gelar sarjana.
Sambil memilih beberapa sisir pisang, Jestham terharu mendengar perjuangan sang ayah. Ia memutuskan untuk membeli beberapa sisir pisang dengan harga Rp24.000 dan memberikan uang lebih sebagai bentuk apresiasi. Sang Bapak pun terkejut dan berlinang air mata, mengucap syukur atas rezeki tak terduga di bulan Ramadan ini. Jestham mendoakan agar Bapak tersebut selalu diberi kesehatan dan kelancaran rezeki, meyakinkannya bahwa anak-anaknya pasti akan sukses karena memiliki ayah yang luar biasa.
Di balik tangan-tangan kasar yang menjajakan pisang, tersimpan cinta tanpa syarat seorang ayah yang tak pernah menghitung pengorbanan. Doa kami menyertai langkah Bapak, semoga rezeki selalu mengalir lancar dan kesehatan senantiasa menyertai. Anak-anak Bapak akan tumbuh menjadi kebanggaan, membuktikan bahwa semua kerja keras ini tak pernah sia-sia.