Kisah Inspiratif Seorang Anak yang Mengorbankan Masa Kecil demi Keluarga

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Kisah Inspiratif Seorang Anak yang Mengorbankan Masa Kecil demi Keluarga

Medan Baru, Kota Medan - (17/02/25) Matahari siang itu bersinar terik, namun sorot mata lelah seorang anak kecil di pinggir jalan justru menyita perhatian. Tangannya yang kurus memegang karung berisi barang bekas, sementara pandangannya kosong menatap ke depan. Di belakangnya, sebuah minimarket berdiri dengan lampu neon yang berkedip, seolah menggoda dengan janji kenyamanan yang tak Ia rasakan.



Tanpa diduga, pertemuan biasa itu berubah menjadi malam yang tak terlupakan. Jesica Thamrin, yang awalnya hanya ingin membeli kebutuhan sehari-hari, tiba-tiba terpanggil untuk menyapa anak itu. "Hai, Adik. Kamu sedang apa di sini?" tanyanya lembut. Bocah bernama Boas itu mengangkat wajahnya, raut lesu tergantikan oleh senyum kecil yang penuh harap.



"Lagi cari butut buat bantu Mama," jawabnya polos. Dua belas tahun usianya, tapi kata-katanya sudah sarat beban. Jestham pun mengajaknya masuk kedalam minimarket tersebut, memberinya kesempatan untuk mengambil apa saja yang dibutuhkan keluarganya dalam waktu dua menit. Dengan semangat, Boas berlari mengambil beras, minyak, telur, bahkan pampers untuk adik bayinya.



Boas, Anak Tangguh Pejuang Mimpi
Boas, Anak Tangguh Pejuang Mimpi


Tapi di balik tawa riangnya saat belanja, tersimpan cerita pilu. Boas terpaksa putus sekolah karena harus merawat ibunya yang sakit. Setiap hari, Ia mengais rupiah dari barang bekas, hanya untuk bertahan hidup. Keinginan terpendamnya yang selama ini tak terdengar hanyalah kembali melanjutkan sekolah lagi, membuat hati siapa pun yang mendengarnya ikut remuk.



Ibunya sakit lambung parah, memaksanya untuk berhenti belajar dan bekerja sebagai pemulung. "Kadang dalam seminggu cuma dapat Rp50-60 ribu," tambahnya sambil menunduk. Yang menyentuh, Boas sama sekali tidak menyesali keputusannya. Meski begitu, kerinduan untuk bersekolah tetap terpancar dari matanya, Ia memiliki mimpi kelak di masa depan dapat mewujudkan cita-citanya sebagai pengusaha seperti sang Ibu.



Saat transaksi belanja selesai, Jestham memberikan lebih dari sekadar bantuan materi. Sebuah pelukan hangat dan tatapan penuh arti menjadi bahasa universal yang tak perlu penjelasan. Di balik senyum kecil Boas, tersimpan harapan baru yang mulai tumbuh, harapan untuk bisa kembali ke sekolah, harapan untuk melihat ibunya tetap sehat, harapan untuk masa depan yang lebih baik.






Teruslah bermimpi, Boas! karena di balik setiap kesulitan pasti ada jalan, dan di balik setiap malam yang gelap pasti ada fajar yang terang. Semoga semangatmu yang tak kenal lelah menjadi benih yang kelak tumbuh menjadi pohon kesuksesan, mengantarkanmu pada mimpi menjadi pengusaha yang membanggakan keluarga. Tuhan yang Maha Melihat akan membalas setiap tetes keringat dan air matamu dengan keberkahan.

Referensihttps://youtu.be/q6KhARwa8sY