Peluh Ayah, Doa Anak, dan Sebuah Pertemuan yang Mengubah Segalanya

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Peluh Ayah, Doa Anak, dan Sebuah Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Kota Medan, Sumatera Utara - (13/05/25) Panas menyengat siang itu tidak menghentikan langkah seorang Bapak yang dengan tekun menuntun sepeda tua penuh muatan rongsokan. Jestham yang sedang melintas terpana melihat pemandangan tak biasa. Di sampingnya, seorang anak balita berusia 5 tahun setia menemani sang ayah sejak usia 1 tahun. Raut lelah terpancar jelas di wajahnya, namun tekadnya untuk menghidupi keluarga tak pernah pudar. Saat ditanya, ternyata hingga siang itu mereka belum juga makan karena penghasilan dari memulung belum cukup. Hati Jestham tersentak, bagaimana bisa seorang ayah dan anak kecil harus berjuang begitu keras hanya untuk sesuap nasi?



Dalam percakapan yang menyentuh, terungkap bahwa istri sang Bapak sedang berjualan untuk membantu menopang ekonomi keluarga. "Ibunya jualan," katanya singkat sambil menatap anaknya. Namun kehidupan tetap terasa berat. Penghasilan dari memulung yang hanya Rp3.500 per kilogram rongsokan bersih jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.



Melihat kondisi ini, Jestham tidak bisa tinggal diam. Dengan hati tergerak, Ia mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya. "Bapak, ini ada rezeki dari Tuhan, semoga bisa membantu Bapak sekeluarga," ujarnya sambil menyalami tangan sang Bapak yang sudah kasar terkena terik matahari dan kerasnya pekerjaan.



Perjuangan Seorang Ayah Menghidupi Anaknya
Perjuangan Seorang Ayah Menghidupi Anaknya


Reaksi sang Bapak sungguh mengharukan. Matanya berkaca-kaca saat menerima bantuan itu. "Baru pertama kali dapat bantuan sebanyak ini," ucapnya dengan suara bergetar. Ia berencana menggunakan sebagian uang untuk membeli makanan dan menyisihkannya sebagai tabungan sekolah anaknya. "Tahun ini dia udah mulai sekolah," katanya penuh harap.



Interaksi dengan sang anak, Akaya, menjadi momen paling berkesan. Dengan polosnya, bocah itu memperkenalkan diri, "Namanya Akaya!" dan bercerita bahwa teman-temannya memanggilnya "Abang". Jestham tersenyum melihat keceriaan yang tetap bersinar di wajah kecil itu meski hidup dalam kesederhanaan.



Jestham menyadari bahwa di balik kesibukan hidup, ada begitu banyak kisah perjuangan yang patut mendapat perhatian. Kisah sang pemulung dan keluarganya mengajarkan bahwa cinta dan pengorbanan seorang ayah bisa menjadi kekuatan terbesar dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Semoga kebaikan kecil ini bisa menjadi awal perubahan. Seperti kata Jestham, "Rezeki memang datang dari jalan tak terduga, tapi yang terpenting adalah hati yang selalu terbuka untuk berbagi."

Referensihttps://www.youtube.com/watch?v=7WHxsQkOagM