Jestham Borong : Melangkah dengan Satu Kaki, Membawa Seribu Harapan

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Jestham Borong : Melangkah dengan Satu Kaki, Membawa Seribu Harapan

Medan Petisah, Kota Medan - (01/05/25) Riuh kota yang acap kali memalingkan muka, terselip cerita-cerita kecil yang sering luput dari pandangan. Di antara lautan kendaraan dan langkah kaki yang tergesa, ada momen-momen yang seolah dirancang oleh takdir untuk mempertemukan hati yang tulus dengan asa yang hampir padam.



Tak Kenal Menyerah, Kisah Bapak Hebat Pahlawan Keluarga
Tak Kenal Menyerah, Kisah Bapak Hebat Pahlawan Keluarga


Terselip seorang Bapak paruh baya dengan kaki yang tak lagi utuh. Kecelakaan di galangan kapal telah merenggut sebagian hidupnya, tetapi tidak semangatnya. Tanpa kompensasi atau belas kasihan dari perusahaan, Ia bertahan dengan menjajakan tisu di pinggir jalan. Tangannya yang kasar terus bekerja, bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk mimpi dua anaknya yang masih bersekolah. Sang istri telah lebih dulu pergi pada 2018, meninggalkannya sendirian menggantikan peran sebagai ibu dan ayah. Namun, seperti akar yang mencengkeram bumi, Ia tetap teguh meski badai hidup datang silih berganti.



Suatu hari, nasib membawanya bertemu dengan Jestham yang tergerak hatinya oleh ketabahan sang Bapak. "Bapak, maaf, ini jualan tisu ya?" tanyanya lembut. Dialog sederhana itu pun berlanjut. Dengan sabar, Bapak itu menjelaskan bahwa harga satu bungkus tisu hanya Rp12.000. Tanpa pikir panjang, Jestham membeli semua tisunya, bahkan memberinya uang lebih sebagai bentuk kepedulian. "Kalau hitungan dari Tuhan, segini gimana, Pak?" ujarnya sambil tersenyum. Air mata Bapak itu pun mengalir tak tertahan, mengucap syukur atas rezeki yang datang tak terduga.



Perlahan, cerita hidup Bapak itu terungkap. Kecelakaan di galangan kapal membuatnya kehilangan kaki, tetapi perusahaan tempatnya bekerja justru lepas tangan. "Kami anak-anak induk CV, jadi ya dibiarkan saja," katanya dengan wajah pasrah. Meski begitu, Ia tak menyerah. Setiap hari, Ia menempuh perjalanan jauh dari Pakam dengan motor sederhananya, hanya untuk menjajakan tisu demi sesuap nasi dan biaya sekolah anak-anaknya. "Yang besar sudah tamat tahun ini, yang kecil kelas 2 SMP," ucapnya dengan bangga, meski harus menanggung beban seorang diri.



Kehidupan sebagai penjaja tisu di jalanan tidaklah mudah. "Kadang saya dimaki orang," akunya lirih. Ada saja yang meremehkannya, bahkan menyuruhnya pergi dari tempat Ia berjualan. Namun, Ia tak pernah membalas dengan kemarahan. Baginya, yang penting anak-anaknya bisa makan dan terus sekolah. Ketulusan hatinya membuat Jestham semakin terharu. "Bapak, saya doakan usaha Bapak lancar, dimudahkan Tuhan," bisiknya penuh haru.



Di balik kesederhanaan dan keterbatasannya, Bapak itu menyimpan keyakinan yang luar biasa. "Tetap percaya sama Tuhan, meski banyak hal yang tidak kita mengerti," katanya dengan mata berkaca-kaca. Ia mungkin tak tahu mengapa hidupnya harus seberat ini, tetapi Ia yakin Tuhan punya rencana indah di balik semuanya. Jestham pun mengangguk, terinspirasi oleh ketabahannya. "Bapak harus kuat demi anak-anak. Jangan menyerah," Bapak itu hanya bisa mengangguk, sorot matanya memancarkan rasa terima kasih yang mendalam.



Sebelum berpisah, Jestham berpesan kepada orang-orang yang mungkin suatu hari bertemu dengan sang Bapak. "Beli saja tisunya, satu bungkus hanya Rp12.000. Bantu Bapak untuk tetap bisa menghidupi keluarganya." Doa tulusnya mengalir, "Semoga jualannya laris manis dan Bapak sehat selalu." Semoga Bapak penjual tisu ini senantiasa terpulihkan dan tetap menyalakan semangat di hati. Segala ketabahan Bapak akan selalu membawa keberkatan.

Referensihttps://www.youtube.com/watch?v=9-DlvXSMtx4