Jestham Borong : Pejuang Nafkah di Pinggir Jalanan

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Jestham Borong : Pejuang Nafkah di Pinggir Jalanan

Medan Tembung, Kota Medan - (14/03/25) Debu jalanan berputar-putar di bawah terik matahari siang itu, seolah menari dalam keputusasaan. Di tepi jalan yang berbatasan langsung dengan hiruk pikuk pasar, seorang Bapak renta berdiri di samping sepeda motornya. Buah-buahan yang tertata rapi di atas sepeda motornya, ada bungkusan buah jambu dan tapai terlihat masih utuh, pertanda sedikitnya pembeli yang datang. Matanya yang sayu menatap setiap kendaraan yang lewat, memohon dalam diam agar seseorang sudi berhenti dan membeli dagangannya. Di tengah asa itu, Ia masih menyimpan secercah harapan, mungkin hari ini, keajaiban akan datang.



Jestham melintas di jalan itu. Ia memperhatikan Bapak tua itu dengan sepeda motornya yang dipenuhi buah. Hatinya tergerak melihat semangat sang penjual yang tak padam meski dagangannya sepi pembeli. Jestham pun mendekat dan bertanya harganya. "Jambu ini Rp15.000 per kilo, tapainya Rp5.000 per bungkus," jawab Bapak itu dengan suara lirih. Tanpa pikir panjang, Jestham memutuskan untuk membeli semua dagangannya, 17 bungkus tapai dan beberapa kilo jambu dengan total Rp370.000.



Menempuh Jauhnya Jarak, Berjuang Untuk Keluarga
Menempuh Jauhnya Jarak, Berjuang Untuk Keluarga


Sang Bapak bercerita bahwa Ia harus menempuh perjalanan jauh dari tempat tinggal sewaannya di Stabat setiap hari hanya untuk berjualan di tempat itu. Jestham terharu mendengarnya. Ia membayangkan betapa berat perjuangan Bapak tua itu, berjualan sejak pagi hingga siang dengan hasil yang tak seberapa.



Tersimpan harapan besar yang Ia sampaikan untuk ketiga anaknya. Ia ingin melihat mereka sukses dan bahagia, jauh dari kesulitan yang Ia alami sekarang. Meski hidup tak mudah, Ia tak pernah lupa bersyukur dan berdoa. Bahkan di sela-sela kesibukannya berjualan, Ia selalu menyempatkan diri untuk shalat, meyakini bahwa Tuhan tak akan meninggalkannya sendirian.



Sebelum pergi, Jestham memberikan jumlah uang yang harus dibayarnya dengan total harga Rp370.000, namun sedikit tambahan uang sebagai bentuk perhatiannya Ia berikan untuk sang Bapak. Bapak itu menolak sesaat sebelum menyadari bahwa sungguh rezeki hari itu yang Ia terima sangatlah luar biasa dan tak mampu berkata-kata. "Rezeki dari Tuhan untuk Bapak ya," ujar Jestham tak melunturkan senyuman hangatnya. Uang itu mungkin tak seberapa bagi sebagian orang, tapi baginya, itu sangat berarti, bisa untuk buka puasa, membeli keperluan, atau sekadar membawa sedikit kebahagiaan untuk anak-anaknya.



Di balik perjuangan sehari-hari yang sering tak terlihat, ada tangan Tuhan yang bekerja dengan cara-Nya sendiri. Bapak tua itu mungkin hanya satu dari ribuan orang yang berjuang di pinggir jalan, tapi ketulusan dan usahanya tidak luput dari perhatian-Nya.



Dunia mungkin tak melihat perjuanganmu, namun percayalah Tuhan selalu melihatnya tanpa terlewat sedetik pun. Setiap pagi yang kau mulai dengan semangat, di tiap malam yang kau akhiri dengan lelah, hanya memerlukan sebuah usaha yang dilengkapi doa, maka yakinlah semuanya akan berbuah dengan manis. Sehat selalu dimanapun berada, Bapak!

Referensihttps://youtu.be/ld8_dZlJpVk