Di Balik Keringat dan Kardus: Ada Bapak yang Menyimpan Surga dalam Doanya

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Di Balik Keringat dan Kardus: Ada Bapak yang Menyimpan Surga dalam Doanya

Medan Sunggal, Kota Medan - (23/04/25) Di tengah kesibukannya melanjutkan misi kebaikan, Jestham tanpa sengaja bertemu dengan seorang Bapak pemulung di depan minimarket. Wajah lelah namun penuh ketulusan sang Bapak langsung menarik perhatiannya. Tanpa pikir panjang, Jestham mengajaknya masuk ke minimarket untuk memilih berbagai kebutuhan pokok sepuasnya. Awalnya, sang Bapak terlihat ragu karena tidak memiliki uang, tetapi Jestham meyakinkannya bahwa ini adalah rezeki dari Tuhan yang tidak perlu dibayar.



Perjuangan Seorang Ayah Untuk Anaknya
Perjuangan Seorang Ayah Untuk Anaknya


Bapak Monang, seorang pemulung berusia 49 tahun, ternyata harus menanggung hidup seorang diri setelah istrinya memilih merantau ke luar kota. Ia kini tinggal bersama putri semata wayangnya, Gebi, yang masih duduk di bangku kelas 4 SD. Meski ditinggalkan sang istri dan hidup dalam kesulitan ekonomi, Bapak Monang tetap teguh memegang prinsip hidupnya untuk tidak mencuri, tidak berbohong, dan menjauhi narkoba.



Dengan waktu dua menit yang diberikan Jestham, Bapak Monang dengan cekatan mengumpulkan berbagai kebutuhan pokok. Tangannya yang kasar namun lincah memilih beras, minyak goreng, mie instan, dan bahan makanan pokok lainnya. Jestham memperhatikan bagaimana setiap pilihan barang dilakukan dengan pertimbangan matang, seolah setiap butir beras sangat berharga bagi keluarganya.



Ketika Jestham menawarkan makanan, terungkaplah bahwa sejak pagi Bapak Monang hanya mengandalkan sepiring mie rebus sebagai santapannya. Rupanya, sebagai seorang ayah yang mengurus anaknya sendiri, Ia lebih memprioritaskan kebutuhan makan anaknya daripada dirinya sendiri. "Yang penting anak saya bisa makan dan sekolah," begitu prinsip hidup yang dipegangnya teguh.



Kehidupan Bapak Monang memang penuh perjuangan. Setelah ditinggal sang istri merantau, Ia harus membesarkan Gebi sendirian sambil bekerja sebagai pemulung. Setiap hari Ia berkeliling mencari barang bekas yang bisa dijual, dengan penghasilan yang tak menentu. Namun di tengah semua kesulitan itu, Ia tetap bersyukur masih bisa bekerja dengan jujur dan melihat anaknya tumbuh dengan baik.



Melihat ketulusan dan perjuangan Bapak Monang, Jestham tergerak untuk memberikan bantuan lebih dari sekadar sembako. Sejumlah uang diserahkannya untuk membantu biaya sekolah Gebi. Air mata haru tak terbendung mengalir di pipa Bapak Monang yang sudah keriput oleh terik matahari dan dinginnya malam.



seringkali tersimpan ketabahan dan cinta yang luar biasa. Jestham menyadari bahwa kebaikan kecil bisa menjadi penawar bagi luka hati seseorang. Sementara bagi Bapak Monang, Ia pulang dengan hati yang lebih ringan, membawa bukan hanya kebutuhan fisik tetapi juga harapan baru untuk masa depan anaknya.



Kisah Bapak Monang mengajarkan kita tentang arti ketangguhan sebagai seorang ayah. Meski ditinggalkan istri dan hidup dalam kesulitan, Ia tetap menjaga martabat dan memastikan masa depan anaknya. Semoga kebaikan Jestham menjadi awal dari perubahan hidup bagi keluarga kecil ini, dan menginspirasi kita semua untuk peduli pada sesama.

Referensihttps://www.youtube.com/watch?v=hSQlzjgrDlk