Dibalik Senyum Lelah Sang Ibu: Kisah Haru Jestham Memborong Kerupuk Pejuang Keluarga

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Dibalik Senyum Lelah Sang Ibu: Kisah Haru Jestham Memborong Kerupuk Pejuang Keluarga

Medan Barat, Kota Medan - (14/02/25) Di bawah langit sore yang mulai memerah, ketika bayangan panjang mengiringi langkah-langkah lelah seorang pejuang hidup, takdir mempertemukan Jestham dengan seorang Ibu yang gigih. Dengan dagangan kerupuk dipikul di bahu, Ia melangkah pelan namun pasti, seolah tak peduli betapa teriknya matahari menyengat kulitnya. Perjuangannya yang tanpa keluh itu menarik perhatian Jestham, yang kemudian memutuskan untuk turun dan menyapa sang ibu.



Tudung Kehidupan, Ibu Penjual Kerupuk
Tudung Kehidupan, Ibu Penjual Kerupuk


Saat didekati, wajah Ibu itu terlihat lelah namun tetap tersenyum. Ia mengaku telah berjualan sejak pukul 08.00 pagi, tetapi hanya tiga bungkus kerupuk yang berhasil terjual. Setiap harinya Ia menempuh sepanjang jalanan menjajakan dagangan kerupuknya, turut membantu sang suami yang juga bekerja demi sekadar makan dan juga kebutuhan anak-anak sekolah, ujarnya dengan suara lemah. Penghasilannya tak menentu, kadang hanya Rp50.000–Rp60.000 per hari, tetapi Ia tetap bersemangat demi menafkahi keluarga.



Hati Jestham tersentak mendengar cerita itu, seperti angin sore yang tiba-tiba membawa keharuan. Tanpa pikir panjang, Ia pun mengulurkan tangan, "Andai saya ada rezeki dari Tuhan, saya mau borong semua, boleh, Bu?" Mata sang Ibu berbinar, seolah tak percaya dengan tawaran itu. Dengan total harga 160.000 rupiah, Ia sangat ikhlas jika bayaran yang diterimanya harus ditawar, baginya yang terpenting adalah bisa lekas kembali pulang dari biasanya demi anak-anak dirumah.



Namun takdir tetaplah berjalan sesuai dengan ketepatannya, bungkus demi bungkus kerupuk yang akhirnya dibeli Jestham dengan harga jauh lebih tinggi, bukan sekadar untuk kerupuk, melainkan untuk meringankan beban seorang Ibu.



Air mata pun jatuh, bercampur dengan rasa syukur yang tak terucap. "Makasih banyak, Kak. Hari ini bisa pulang lebih cepat," bisik sang Ibu, suaranya parau oleh haru. Jestham tak hanya memberi uang, tetapi juga secercah harapan bahwa kebaikan masih ada di dunia ini. Perjalanan yang biasanya Ia susuri hingga larut malam, kini dapat Ia lewati dengan lebih awal untuk kembali pulang kerumah.



Dalam percakapan tersebut, sang Ibu juga bercerita tentang perjuangannya sebagai seorang Ibu. Meski lelah, Ia tak pernah menyerah karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ungkapan sederhana itu menggambarkan betapa besar pengorbanan seorang ibu demi masa depan keluarganya.



Sebelum berpisah, Jestham memberikan semangat kepada sang ibu. "Ibu ini luar biasa, berjuang demi anak dan keluarga. Tetaplah semangat, rajin salat, dan selalu bersandar pada Tuhan," pesannya. Kisah singkat ini menjadi pengingat betapa berharganya setiap perjuangan orang tua, sekaligus mengajarkan kita untuk selalu peduli pada sesama. Teruslah berjalan, Ibu, karena di setiap langkahmu, ada doa-doa yang mengiringi. Dunia mungkin terasa berat, tetapi yakinlah di balik kesulitan, selalu ada tangan Tuhan yang menopang.

Referensihttps://www.youtube.com/watch?v=Il9GmrizOYs