Berbagi Berkah : Kisah Haru Bapak Penjual Roti, 22 Tahun Berjuang dan Berbagi Kebaikan

Berbagi Berkah : Kisah Haru Bapak Penjual Roti, 22 Tahun Berjuang dan Berbagi Kebaikan
Medan Baru, Kota Medan - (29/12/24) Pagi itu, langit baru saja meninggalkan jejak-jejak hujan, menyisakan udara segar yang berbisik lembut. Di balik rintik hujan yang baru saja reda, sebuah kisah sederhana namun penuh makna terungkap. Di pinggir jalan, seorang Bapak penjual roti dengan wajah teduh dan senyum yang tulus, menjadi saksi bisu perjalanan hidup yang penuh perjuangan. Pertemuan tak terduga dengan Tim Jestham membawa cahaya baru dalam hidupnya, mengukir cerita yang takkan terlupakan.
Bapak tersebut telah berjualan roti selama 22 tahun, mengabdikan hidupnya untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya hingga meraih gelar sarjana. Namun, yang membuatnya istimewa bukan hanya perjuangannya, melainkan juga kebiasaannya berbagi dengan orang lain, meski kadang Ia sendiri juga kekurangan.
Jesica Thamrin bersama dengan tim yang kala itu melintas, mereka melihat Bapak penjual roti itu sedang menjajakan dagangannya. Dengan rasa penasaran, mereka menghampiri dan mulai berbincang hangat. Bapak tersebut menceritakan bahwa Ia telah berjualan roti selama 22 tahun. Meski usianya sudah 57 tahun, semangatnya tak pernah pudar. Ia bangga karena berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus kuliah, meski hanya mengandalkan hasil dari berjualan roti. “Anak saya dua, satu sudah punya cucu,” ujarnya sambil tersenyum. Meski hidup sederhana, Ia merasa bersyukur karena anak-anaknya bisa meraih pendidikan yang lebih baik. Namun, perjuangannya tidak berhenti di situ. Ia juga dikenal sebagai sosok yang dermawan, sering membagikan rotinya kepada tetangga atau orang yang membutuhkan, meski kadang Ia sendiri juga kekurangan.
Melihat ketulusan dan semangat juang Bapak tersebut, Jestham tergerak untuk memberikan apresiasi. Ia memutuskan untuk memborong seluruh dagangan rotinya. Awalnya, sang Bapak menawarkan harga Rp380.000 untuk semua rotinya, Jestham justru memberikan Rp1 juta sebagai bentuk dukungan dan penghargaan atas perjuangannya. “Saya terharu, soalnya baru ini ada yang borong semua dagangan saya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Selama 22 tahun berjualan, ini adalah pertama kalinya dagangannya habis diborong oleh pembeli. Ia merasa ini adalah rezeki tak terduga dari Tuhan, yang ditutunkan untuknya.

Yang membuat kisah Bapak penjual roti ini semakin mengagumkan adalah kebiasaannya berbagi. Meski hidupnya sederhana dan kadang kekurangan, Ia selalu menyisihkan rotinya untuk diberikan kepada tetangga atau orang yang membutuhkan. “Saya lihat ada yang tidak makan, kasihan. Saya kasih roti,” ujarnya dengan sederhana. Ketika ditanya alasan di balik kebiasaannya berbagi, Ia menjawab, “Kita sama-sama manusia, harus saling tolong-menolong.” Jawaban sederhana ini mencerminkan ketulusan hatinya yang luar biasa. Ia percaya bahwa berbagi adalah bentuk rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.
Di akhir pertemuan, Jestham tidak hanya memborong dagangannya, tetapi juga memberikan tambahan uang untuk kebutuhan rumah tangga bapak tersebut. “Ini rezeki dari Yang Maha Kuasa untuk bapak hari ini,” ujar Tim Jestham. Bapak penjual roti itu pun tak kuasa menahan haru. “Baru ini saya megang duit dari hasil roti. Selama 22 tahun, baru kali ini,” ujarnya sambil tersenyum bahagia. Ia juga bercerita bahwa salah satu anaknya sedang sakit dan membutuhkan biaya pengobatan. Tim Jestham pun mendoakan agar anaknya cepat sembuh dan keluarganya selalu diberikan kesehatan. “Bapak, kami doakan anaknya cepat sembuh, dan semoga jualannya semakin laris manis setiap hari,” ujar Jestham sebelum berpamitan.
Kisah Bapak penjual roti ini mengajarkan kita tentang arti ketekunan, ketulusan, dan kebaikan hati. Meski hidupnya penuh dengan tantangan, Ia tidak pernah menyerah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Kebiasaannya berbagi juga menjadi bukti bahwa kebaikan tidak mengenal batas, bahkan dari mereka yang hidup sederhana. Setiap tetes keringat yang jatuh, setiap langkah yang diayunkan dengan penuh keyakinan, dan setiap senyum yang diberikan dengan tulus, adalah benih-benih kebaikan yang akan tumbuh menjadi pohon harapan. Bapak penjual roti ini adalah bukti nyata bahwa dalam kesederhanaan, ada kekuatan yang luar biasa.
Mari kita terus menebar benih kebaikan, karena setiap kebaikan yang kita berikan akan kembali seperti angin yang membawa harum bunga. Semoga kisah ini menjadi lentera di kegelapan, mengingatkan kita bahwa dalam setiap perjuangan, ada cahaya yang menanti di ujung jalan. Teruslah berjalan, teruslah berbagi, dan jadilah cahaya bagi sesama.