Berbagi Kebaikan: Kisah Perjuangan Bapak Becak yang Tak Pernah Menyerah

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Berbagi Kebaikan: Kisah Perjuangan Bapak Becak yang Tak Pernah Menyerah

Pulo Brayan, Kota Medan - (04/02/25) Ketika kaki-kaki kota berlarian mengejar waktu, Jestham melihat seorang Bapak becak yang tubuhnya telah membungkuk dimakan usia, berdiri di halaman minimarket, tempatnya berada sekarang. Matahari sore yang menggantung rendah seolah menyinari garis-garis keriput di wajahnya, setiap lekuknya bercerita tentang ribuan kilometer jalanan yang telah dikayuhnya.



Tanpa pikir panjang, Jestham menghampiri Bapak tersebut dan menawarkan bantuan untuk berbelanja sembako dan kebutuhan lainnya di minimarket. Raut wajah Bapak itu pun langsung berubah, tak menyangka akan mendapat kebaikan dari orang asing. Dengan senyum lebar, Ia mengiyakan tawaran tersebut dan masuk ke dalam minimarket dengan penuh semangat.



Selama dua menit, Bapak itu diperbolehkan mengambil apa saja yang dibutuhkannya. Tanpa ragu, Ia langsung mengambil beras, minyak, mie instan, sabun cuci, dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Saat ditanya perasaannya, Bapak itu hanya tersenyum lebar dan berkata, "Ini rezeki dari Tuhan yang tak disangka-sangka." Ia juga bercerita bahwa selama 40 tahun lebih mengayuh becak, jarang sekali ada orang yang tiba-tiba membantunya seperti ini.



Bapak Mardin Pengayuh Becak
Bapak Mardin Pengayuh Becak


Bapak yang ternyata berusia 71 tahun itu pun mulai bercerita tentang kehidupannya. Meski usianya sudah tak muda lagi, semangatnya untuk bekerja tak pernah pudar. Setiap hari, Ia harus berjuang mencari penumpang demi menghidupi istri, anak, dan dua cucunya yang masih bergantung padanya. "Paling tidak, saya harus membawa pulang Rp100.000 sehari untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ujarnya. Namun, tak jarang Ia pulang dengan tangan kosong dan harus menahan lapar sampai ada rezeki yang datang.



Yang paling menyentuh adalah keteguhan hatinya dalam menjalani hidup. Meski penghasilannya tak menentu, Ia selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh. "Yang penting saya sehat dan bisa bekerja. Kalau ada rezeki lebih, saya belikan cucu saya jajan," katanya sambil tertawa. Ia juga mengungkapkan betapa berharganya dukungan sang istri yang setia mendampinginya selama puluhan tahun, tanpa pernah mengeluh meski hidup serba kekurangan.



Di akhir pertemuan, Jestham menyelipkan sejumlah uang ke tangan sang Bapak yang bergetar, sebuah hadiah sederhana untuk membeli martabak kesayangan cucunya. Senja yang menyaksikan pertemuan singkat ini seolah ikut tergetar, menyimpan dalam diamnya pelajaran tentang ketulusan memberi, keindahan rasa syukur, dan kekuatan ketabahan yang tak ternilai.



Untuk Bapak yang tak kenal lelah, semoga esok lebih cerah dari hari ini. Semoga senyum orang-orang tersayang menjadi penyemangat di kala lelah dan menjadi obat dari segala penat. Dunia mungkin tak selalu adil, tapi percayalah, kebaikan hati seperti milikmu tak akan pernah sia-sia. Teruslah mengayuh, Bapak, karena di ujung jalan yang berat itu, ada kebahagiaan yang menanti.

Referensihttps://www.youtube.com/watch?v=2T6O3clO5lo