Gerobak Kecil, Mimpi yang Besar: Perjuangan Ibu Penjual Bubur di Pinggir Jalan

Gerobak Kecil, Mimpi yang Besar: Perjuangan Ibu Penjual Bubur di Pinggir Jalan
Medan Tembung, Kota Medan - (03/03/25) Percaya akan kedekatan terhadap Tuhan membawa ketenangan dalam hidup yang mengalirkan rezeki tidak terduga. Pagi yang cerah menyambut Jestham bertemu dengan seorang Ibu pedagang bubur yang penuh semangat menunggu sisa dagangannya laku. Setiap hari, Ibu itu berjualan di pinggir jalan dengan ketekunan dan keyakinan bahwa sekecil apa pun kedermawanannya, akan membawa kebahagiaan bagi orang lain dan dirinya sendiri. Baginya, memberi bukanlah kerugian, melainkan keuntungan dan kebahagiaan yang tak ternilai.
Jestham pun terkesan dengan kegigihan sang Ibu. Saat mengetahui hanya tersisa 10 cup bubur, Ia memutuskan membeli semuanya. Dengan senyum lebar, Ibu itu bersyukur sambil bercerita bahwa dagangannya kadang laris, kadang sepi. Namun, Ia tak pernah putus asa. Jika buburnya tersisa, Ia membagikannya kepada anak-anak atau tetangga yang membutuhkan. "Bagi saya, berbagi itu kebahagiaan tersendiri," ujarnya dengan mata berbinar.

Percakapan mereka mengalir hangat. Ibu itu bercerita tentang perjuangannya berjualan sejak pagi buta, bahkan sebelum orang lain bangun. Ia juga mengungkapkan rahasia ketenangannya, kedekatan dengan Tuhan. "Kalau kita dekat dengan-Nya, hati tenang, rezeki pun mengalir dengan mudah," katanya. Ia rutin salat Subuh dan membaca Al-Qur'an, meski hari itu belum sempat. Keyakinannya teguh, rezeki sudah diatur, tugasnya hanya berusaha dan bersyukur.
Sebelum berpisah, Jestham memberikan sedikit tambahan uang sebagai bentuk apresiasi. Sang ibu pun berdoa dengan haru, "Semoga Allah membalas kebaikannya, ya, Nak." Ketika ditanyai mengenai harapan dan pesan untuk anak-anaknya, Ibu itu pun menjawab dengan lembut, "Jangan lupa salat dan berbakti pada orang tua." Pesan sederhana namun sarat makna itu keluar dari mulut seorang perempuan tangguh yang setiap hari harus berjuang keras di bawah terik matahari dan guyuran hujan, hanya demi bisa menyekolahkan anak-anaknya dan menghidupi keluarga kecilnya.
Pertemuan singkat nan berkesan itu meninggalkan pelajaran hidup yang amat berharga, bahwa rezeki yang sesungguhnya tak selalu berbentuk materi atau uang, melainkan juga tentang kebahagiaan hati yang tak ternilai harganya. Ketulusan dan rasa syukur yang selalu dipancarkan sang Ibu telah menarik rezeki yang datang dari arah yang tak pernah disangka-sangka. Dengan hati yang hangat dan penuh rasa syukur, Jestham pun melanjutkan perjalanannya sambil terus memanjatkan doa agar ibu pedagang bubur itu senantiasa diberi kesehatan, kelancaran rezeki, dan kebahagiaan yang berlimpah.