Ayah yang Lelah, Anak yang Lapar: Perjuangan Tanpa Akhir di Jalanan.

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Ayah yang Lelah, Anak yang Lapar: Perjuangan Tanpa Akhir di Jalanan.

Lubuk Pakam, Deli Serdang - (01/03/25) Hidup seringkali berbicara melalui hal-hal kecil, seperti hal nya sorot mata lelah seorang Bapak pemulung yang berjalan tertatih, menggenggam tangan mungil anaknya di tengah terik yang tak lagi Ia hiraukan. Di balik debu jalanan dan keringat yang mengering, ada cerita tentang ketabahan yang tak terucap. Dan hari itu, nasib mempertemukan Jesica Thamrin dengan secercah kisah yang lagi-lagi membawanya mengenal lebih banyak arti syukur dalam kesederhanaan.



Berjuang Keras Demi Kesejahteraan Anak
Berjuang Keras Demi Kesejahteraan Anak


Dengan langkah pelan, Jestham menghampiri mereka. Rizki, bocah dua tahun itu, memandangnya dengan mata polos, sementara sang ayah tersenyum kecut ketika ditanya tentang kehidupannya. Bapak pemulung itu bercerita bahwa setiap hari Ia berkeliling mengumpulkan barang bekas untuk dijual. Meski penghasilannya tak seberapa, hanya sekitar Rp20.000–Rp25.000 per hari, Ia bersyukur masih bisa bekerja keras. Ia juga mengungkapkan bahwa Ia memiliki tiga orang anak, dan hari itu Ia membawa si bungsu, Rizki, yang masih berusia dua tahun.



Ketika ditanya tentang harapan terbesarnya untuk sang anak, Bapak itu menjawab dengan sederhana namun mendalam,"Saya hanya ingin anak-anak saya bisa sekolah dan pintar. Kaya atau tidak, itu menjadi urusan Tuhan." Jawabannya menyentuh hati, menunjukkan betapa Ia meyakini bahwa usaha dan doa adalah kunci dalam menghadapi takdir. Meski hidup serba kekurangan, Ia tak pernah lupa untuk bersyukur dan berusaha sebaik mungkin.



Melihat ketulusan dan semangatnya, Jestham tergerak untuk memberikan sedikit bantuan. Saat sejumlah uang diserahkannya, sang Bapak tak kuasa merunduk, dengan lirih lembut Ia menolak, mengaku malu dan tak ingin dilihat seperti sedang mengemis. Jestham pun bersikeras dengan lembut, mengatakan bahwa ini adalah sebuah perantara yang Tuhan titipkan kepadanya.



Dalam diam, Ia berterima kasih, seolah berkomunikasi dengan Tuhan, merasa bahwa jerih payahnya selama ini tidak luput dari perhatian-Nya. Sebelum berpisah, Jestham memberikan mainan kecil untuk si anak. Senyum polos bocah itu menjadi penutup pertemuan yang mengharukan. Sang Bapak pun berjalan kembali dengan langkah yang lebih ringan, membawa cerita yang akan menjadi bagian untuk terus melanjutkan hidup dengan penuh ikhlas dan keyakinan kuat terhadap-Nya. Tetaplah kuat dan sehat selalu dimanapun berada, Bapak!

Referensihttps://youtu.be/LlQq5APUkmM