Jestham Borong : Sebuah Perjuangan Ibu untuk Masa Depan yang Lebih Terang

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Jestham Borong : Sebuah Perjuangan Ibu untuk Masa Depan yang Lebih Terang

Medan Tembung, Kota Medan - (13/03/25) Di tengah kesibukannya membagikan sembako kepada mereka yang membutuhkan, Jestham melihat seorang Ibu penjual nasi yang masih setia menunggu dagangannya habis di pinggir jalan. Meski hari sudah mulai sore, sepuluh bungkus nasi masih tersisa di meja dagangannya. Tanpa ragu, Jestham menghampiri sang Ibu, penasaran dengan kisah di balik perjuangannya berjualan di bulan Ramadhan.



Sang Ibu menjelaskan bahwa dagangannya memang sering sepi selama bulan puasa. Meski begitu, semangatnya tak pernah pudar. Ia hanya memasak nasi sebanyak satu kilogram setiap hari, menyesuaikan dengan permintaan yang berkurang saat Ramadan. Dengan harga terjangkau Ia tetap bertahan menghadapi hari-hari yang tidak pasti.



Perjuangan Seorang Ibu Demi Kesuksesan Anaknya
Perjuangan Seorang Ibu Demi Kesuksesan Anaknya


Melihat kondisi tersebut, Jestham tergerak untuk membeli seluruh nasi yang tersisa sekaligus. Niatnya bukan untuk dikonsumsi sendiri, melainkan akan dibagikan kepada orang-orang di sekitar yang mungkin lebih membutuhkan, terlebih mengingat banyak anggota timnya yang sedang berpuasa. Keputusan ini bukan hanya membantu sang Ibu menyelesaikan dagangannya lebih cepat, tetapi juga menjadi bentuk kepedulian terhadap sesama di bulan penuh berkah ini.



Di tengah perbincangan Ia mengaku memiliki dua anak, si sulung berusia 18 tahun yang sedang kuliah dan seorang lagi yang hendak masuk SMA. Matanya berkaca-kaca saat bercerita tentang perjuangannya menghidupi mereka. "Saya dari kecil ditinggal orang tua, enggak sekolah, nyari makan terus," katanya lirih. Ia bertekad anak-anaknya tidak merasakan pahitnya kehidupan seperti yang Ia alami. "Anak saya dapat beasiswa karena pintar. Saya mau mereka sekolah tinggi, sukses, enggak kayak mamanya."



Jestham tersentuh mendengar ketegaran hati sang Ibu. Sebagai sesama Ibu, Ia memahami betapa besar pengorbanan yang diberikan. "Kita sebagai orang tua tidak mau anak merasakan apa yang kita rasakan," ujar Ibu penjual nasi itu. Meski hidup pas-pasan, Ia tak pernah berhenti berjuang. Bahkan saat sakit sekalipun, Ia tetap berjualan. "Sore ini pun saya jualan lagi," katanya dengan senyum ikhlas.



Terkesima dengan segala perjuangan, Jestham memberikan sejumlah uang lebih sebagai bantuan. Hitungannya mungkin hanya Rp88.000 untuk sepuluh bungkus nasi, tapi bagi sang Ibu, itu adalah rezeki yang tak diduga karena dagangannya terjual habis sekaligus. "Hitungan Tuhan beda untuk kakak hari ini," ucap Jestham. Sang Ibu pun menitikkan air mata, berulang kali mengucap syukur atas terima kasihnya.



Doa-doa tulus terus dipanjatkan sang Ibu untuk anak-anaknya, agar tak merasakan kesulitan seperti yang dialami orang tuanya. Jestham mengangguk haru, mendoakan agar sang Ibu selalu sehat dan semangat. "Percaya, rancangan Tuhan yang terbaik untuk kakak," pesannya sebelum berpamitan.



Sebuah potret nyata pengorbanan tanpa batas seorang Ibu. Dari menjual nasi di pinggir jalan hingga berdoa di setiap sujud, Ia membuktikan bahwa cinta seorang Ibu mampu mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Untuk semua julukan Ibu yang berjuang dalam sunyi, semoga setiap tetes keringatnya bermakna, setiap doanya terjawab, dan setiap harinya dibalas dengan kebahagiaan. Sehat selalu, Ibu.

Referensihttps://youtu.be/hiX-1GBmX8E