Kebaikan yang Membawa Berkat untuk Bapak Penjual Nira

Kebaikan yang Membawa Berkat untuk Bapak Penjual Nira
Medan Tembung, Kota Medan - (17/03/25) Senja mulai menyingsing ketika Jestham berpapasan dengan seorang Bapak tua penjual nira yang masih bersepeda berkeliling. Dagangannya yang masih penuh terlihat kontras dengan wajah lelahnya yang berpeluh. Cuaca mendung hari itu membuat niranya sepi pembeli, padahal Bapak itu sudah berjualan sejak pukul 8 pagi tanpa hasil berarti. Jestham yang menyaksikan ketekunannya langsung tergerak untuk mendekat, hatinya tersentuh melihat perjuangan Bapak tua itu di usia senjanya.
Dalam percakapan hangat itu, sang Bapak bercerita tentang kerinduannya pada enam anaknya yang sudah berkeluarga dan tinggal jauh. "Lebaran ini, belum tahu apakah mereka bisa pulang," katanya lirih. Jestham menangkap getir kerinduan seorang ayah yang hanya bisa berharap di tengah kesibukan anak-anaknya. Doanya sederhana, semoga anak-anaknya diberikan kemudahan rezeki dan kesehatan agar bisa pulang berkumpul.

Setelah berbincang, Jestham mengetahui nira tersebut dijual seharga Rp5.000 per bungkus. Tanpa pikir panjang, Ia memutuskan membeli semua stok yang tersisa, total dua setengah liter untuk dibagikan kepada mereka yang tidak berpuasa. "Bapak, saya ada rezeki dari Tuhan mau borong semuanya untuk orang-orang yang tidak puasa boleh, ya, Pak?" ucap Jestham sambil menyelipkan uang lebih sebagai rezeki dari Tuhan yang tak terduga untuk mereka yang yakin akan kuasa-Nya. Bapak itu tertegun, matanya berkaca-kaca, tak menyangka akan bertemu dengan orang baik di hari yang sulit ini.
Rupanya, hari itu merupakan hari pertama sang Bapak kembali berjualan setelah sekian lama terpaksa berhenti akibat cuaca yang terus menerus buruk. Di usianya yang sudah senja, perjuangannya terasa semakin berat. Namun semangatnya tak pernah padam, terus berkobar demi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan sang istri tanpa ingin membebani anak-anaknya yang telah merantau jauh. Dalam hatinya tersimpan harapan yang tak pernah pudar, suatu saat nanti anak-anaknya bisa pulang dan berkumpul bersama.
Jestham turut terharu mendengarnya. Ia menguatkan hati sang Bapak, mengingatkan bahwa setiap pertemuan dan rezeki adalah atas izin Tuhan. "Seperti hari ini, kita bertemu bukan kebetulan," katanya. Bapak itu mengangguk syukur, mengakui bahwa bantuan Jestham datang seperti jawaban atas kesabarannya menjalani hari-hari berat.
Sebelum berpisah, Jestham memberikan nasihat kepada sang Bapak untuk senantiasa menjaga kesehatan dan tidak melupakan kewajiban beribadah. Ternyata, di balik penampilannya yang sederhana, tersembunyi ketakwaan yang mendalam dalam diri Bapak tua itu. Dengan penuh keyakinan, Ia meyakini bahwa ibadah merupakan sumber segala rezeki yang mengalir dalam kehidupan. Jestham kemudian mengucapkan doa tulus, berharap suatu saat nanti anak-anak sang Bapak dapat pulang ke rumah, meleburkan kerinduan yang telah lama mengendap di hati seorang ayah yang setia menanti.
Ada orang-orang seperti Bapak penjual nira yang berjuang tanpa keluh. Dan di sisi lain, ada Jestham yang membuktikan bahwa berbagi bukan sekadar memberi materi, melainkan juga menghangatkan hati. Semoga setiap tetes keringat Bapak itu bernilai ibadah, dan setiap doanya untuk anak-anak terkabul di hari raya nanti. Sehat selalu, Bapak. Semoga senyummu tetap mengalir seperti nira yang manis, abadi dalam doa-doa baik.