Pelajaran dari Sepasang Mata dan Balon: Syukur dalam Kesederhanaan

Pelajaran dari Sepasang Mata dan Balon: Syukur dalam Kesederhanaan
Medan Tembung, Kota Medan - (10/03/25) Di tengah kesibukan hidup yang seringkali membuat kita lupa bersyukur, ada banyak kisah sederhana yang mengingatkan betapa berharganya setiap nikmat yang Tuhan beri. Di sudut kota yang ramai, seorang Bapak paruh baya dengan sepeda tua yang reyot perlahan mengayuh sambil menuntun deretan balon warna-warni. Jestham yang kebetulan melintas terpana melihat pemandangan ini. Raut wajahnya yang teduh dan senyum tulusnya langsung menarik perhatian Jestham, memicu rasa penasaran untuk menyapa dan mendengar ceritanya.

"Berapa harganya, Pak?" tanya Jestham sambil menunjuk balon berbentuk pinguin. Dengan sabar, Bapak itu menjelaskan harga masing-masing balon. "Yang ini Rp15.000, yang itu Rp20.000," ujarnya sambil menunjukkan berbagai bentuk balon yang digantung di sepedanya. Dalam percakapan singkat itu, terungkap bahwa hari itu Ia sudah berhasil menjual balon senilai Rp50.000. "Alhamdulillah, ini sudah lumayan," katanya dengan wajah bersyukur.
Namun, tak selalu hari-harinya semulus itu. "Ada kalanya cuma dapat Rp30.000 sehari," aku Bapak itu. Dengan modal Rp13.000 per balon yang dijualnya Rp15.000, keuntungannya sangat kecil. Tapi demi empat orang anaknya yang masih sekolah, yang mana si sulung baru menempuh kelas 6 SD, Ia rela berkeliling seharian. Sementara istrinya di rumah mengurus anak-anak mereka.
Jestham terharu mendengar ketabahan Bapak itu. Tanpa pikir panjang, Ia memutuskan membeli semua balon yang tersisa sebagai bentuk bantuan. Setelah dihitung, totalnya Rp260.000, tapi Jestham membayar Rp1.200.000 sambil berpesan, "Sisanya untuk perbaiki sepeda atau beli baju anak-anak." Rupanya, tempat duduk sepeda bapak itu sudah rusak dan membuatnya kesakitan, tapi Ia tak punya biaya untuk memperbaikinya. "Kalau untuk anak-anak, enggak terasa sakitnya," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Bapak itu kemudian berpesan dengan mata berbinar, "Anak-anak saya harus rajin salat dan belajar. Supaya jadi orang sukses." Jestham mengangguk haru. Kebetulan saat itu menjelang puasa, "Ini uangnya sekalian untuk beli baju anak-anak, ya Pak,"tambahnya, mengingat keluhan Bapak tadi tentang kesulitan memenuhi kebutuhan lebaran.
Usai transaksi, Jestham hanya mengambil satu balon berbentuk pinguin. "Yang lainnya biar Bapak jual lagi," katanya. Bapak itu memandangi uang pemberian Jestham dengan takjub. "Alhamdulillah... saya belum pernah pegang uang sebanyak ini," ucapnya sambil tersenyum lebar, erat memeluk balon-balon yang tersisa."
Betapa sering kita mengeluh untuk hal-hal kecil, sementara orang seperti Bapak penjual balon tetap bersyukur di tengah keterbatasan. Ketabahan dan keikhlasannya adalah contoh nyata bahwa kebahagiaan bukan diukur dari materi, tapi dari hati yang selalu berterima kasih. Sebelum berpisah, Jestham berdoa agar Bapak itu dan keluarganya selalu sehat dan dilimpahi rezeki. Semoga perjuangan Bapak hari ini berbuah berkah tak terduga.