Langkah Kakek Penuh Syukur Menghadapi Hidup dengan Semangat Tanpa Kenal Usia

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Langkah Kakek Penuh Syukur Menghadapi Hidup dengan Semangat Tanpa Kenal Usia

Medan Johor, Kota Medan - (15/02/25) Tuhan menulis rezeki setiap hamba-Nya dengan tinta tak kasat mata, terkadang di halaman-halaman yang paling tak terkira, seperti sebuah pertemuan biasa di SPBU biasa di hari yang biasa kala itu. Seolah sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Jesica Thamrin dibersamai dengan tim, langkahnya yang semula hanya ingin mengisi bensin berbelok menjadi momen berbagi yang penuh makna.



Di sudut SPBU itu, seorang Kakek berusia 90 tahun dengan alat bantu jalan sedang menjajakan telur asin. Setiap keriput di wajahnya bercerita tentang perjalanan hidup yang panjang namun masih menyimpan hangat cerianya, sementara tangannya yang gemetar masih setia menata dagangan sederhananya. Takdir membawa Jestham untuk tidak hanya melihat, tetapi benar-benar melihat ke dalam kehidupan sang Kakek.



Kakek itu ternyata telah menjalani hidup mandiri sejak tujuh tahun ditinggalkan sang istri. Meski harus berjalan dengan alat penyangga setelah kecelakaan yang membuat tulangnya patah, semangatnya tak pernah redup. Menurutnya lebih menyenangkan bisa berdagang seperti ini daripada berdiam menghabiskan waktu dirumah saja, dibersamai dengan ketaatannya akan Tuhan, sebagai penghuni sementara di dunia ini, begitulah prinsip hidup yang dipegangnya erat.



Senyum Tak Pudar Di Usia 90 Tahun
Senyum Tak Pudar Di Usia 90 Tahun


Yang menyentuh adalah cara Kakek ini menerima takdir. Kecelakaan yang dialaminya tidak dianggap sebagai kutukan, melainkan ujian ketakwaan. Di usianya yang ke-90, Ia justru merasa terhormat masih diberi kesempatan untuk berusaha dan beribadah. Setiap telur asin yang terjual adalah bukti kasih Tuhan yang tak pernah terlambat.



Ketika Jestham memutuskan untuk membeli semua dagangannya dan memberikan bantuan lebih, sang Kakek hanya bisa berbahagia haru. Ungkapan syukurnya tak henti-henti atas rezeki yang datang tepat pada waktunya.



Sebelum berpisah, Kakek itu menyampaikan doa-doa tulus dengan suara gemetar. Doa yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk semua orang baik yang pernah meringankan hidupnya. Sebuah pelajaran bahwa rezeki terbaik seringkali datang bersamaan dengan kesempatan untuk berbagi.



Jestham mendengarkan, hangat yang tak terkatakan menyebar di dadanya ketika menyaksikan Kakek itu menengadahkan tangan, mengalunkan syukur yang mengalir jujur. Di saat itulah Ia menyadari, dirinya bukanlah pemberi, melainkan hanya perantara dari kasih Tuhan yang Maha Tepat Waktu. Semoga setiap langkah Kakek senantiasa diberkahi, setiap nafasnya dipenuhi dengan kesehatan, dan setiap usahanya berbuah manis.

Referensihttps://youtu.be/QkIuCpSBlYM