Jestham Traktir: Air Mata Bahagia Seorang Ayah di Minimarket

Jestham Traktir: Air Mata Bahagia Seorang Ayah di Minimarket
Medan Sunggal, Kota Medan - (07/01/25) Di balik setiap keluarga yang bertahan, selalu ada sosok ayah yang menjadi tulang punggung seorang pejuang tanpa tanda jasa yang rela mengorbankan keringat dan waktunya demi sesuap nasi. Tangannya yang kasar memikul keras, punggungnya yang membungkuk menahan beban, dan matanya yang tak pernah menyerah meski lelah terus mengintai. Seperti Pak Yuda, seorang ayah yang pagi itu terlihat sedang berjuang di pinggir jalan dengan kendaraan tuanya, mengangkut tumpukan sampah yang Ia kumpulkan untuk ditukar dengan recehan. Bajunya yang kusam basah oleh peluh, wajahnya yang keriput menahan terik, namun tekadnya tetap tegak.
Hingga kemudian, takdir mempertemukannya dengan Jesica Thamrin. Melihat perjuangan Pak Yuda yang tak kenal lelah, Jestham menghampiri dengan hati tergerak. "Pak, saya ada rezeki dari Tuhan kita belanja sembako, mau tidak?" tanyanya dengan senyum tulus. Pak Yuda tertegun, matanya berkedip-kedip seolah rasanya ini adalah sebuah mimpi. Rezeki yang tak pernah ia sangka datang begitu saja, di tengah rutinitasnya yang berat, Ia pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut.
Di situlah, air mata pertama mulai menggenang. Seorang ayah yang selama ini hanya bisa memandang rak-rak sembako dengan perhitungan ketat, kini diberi kesempatan untuk mengisi keranjangnya tanpa beban. Inilah momen ketika kebaikan menyapa di tempat yang tak terduga di antara sampah yang ia pungut dan aspal panas yang ia lalui setiap hari. "Waktunya dua menit kita mulai dari sekarang, ya, Pak" Ujar Jestham bersama dengan rekannya sembari menunjukkan timer yang mulai berjalan tersebut.
Begitu hitungan mundur dimulai, Pak Yuda langsung bergerak cepat mengisi keranjangnya. Tangannya yang kasar akibat kerja keras terlihat gemetar saat mengambil beras, telur, minyak goreng, dan berbagai sembako lainnya. Dengan semangat yang berkobar, Pak Yuda terus mengisi keranjang demi keranjang, wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung.
Sang Bapak menceritakan bagaimana bahagia nya nanti saat keluarga nya dirumah mengetahui apa yang Ia bawakan, membayangkan bagimana perasaan semangat nan membahagiakan itu. Sebelumnya, Ia tak pernah sekalipun berbelanja di minimarket seperti ini, hanya saja sehari-hari kebutuhan Pak Yuda tercukupi dengan berbelanja di kedai-kedai kecil yang tak jauh dari rumahnya.
Ketika ditanya tentang hal yang paling disyukuri dalam hidupnya, jawaban Pak Yuda sederhana namun penuh makna, "Kesehatan dan rezeki yang cukup." Pagi itu, sebelum berangkat kerja seperti biasa, Ia telah melaksanakan salat dan memanjatkan doa kepada Tuhan agar keluarganya diberi kelapangan rezeki, tanpa pernah menyangka bahwa doanya akan dijawab dengan cara yang begitu mengejutkan dan mengharukan.
Seringkali kita meminta sesuatu kepada Tuhan, tapi jawaban-Nya tidak pernah datang dengan cara yang kita duga. Tuhan punya cara-Nya sendiri yang selalu membuat kita terheran-heran. Kalimat sederhana ini mengandung kebijaksanaan hidup yang dalam, tentang kesabaran dan kepercayaan bahwa setiap doa pasti akan dijawab pada waktunya.
Dengan suara bergetar penuh emosi, Pak Yuda menyampaikan pesan hatinya untuk ketiga buah hatinya yang sangat ia sayangi, "Jadilah anak yang saleh dan baik. Bapak sayang kalian semua." Tak lupa, Ia juga menyampaikan ungkapan terima kasih yang mendalam kepada sang istri yang setia mendampingi setiap langkah perjuangan hidupnya, "Terima kasih untuk istriku yang selalu setia menemani, merawat dan menjaga anak-anak kita." Dengan bergetar dan mata yang berkaca-kaca, Pak Yuda menyampaikan pesan harunya kepada keluarga kecilnya.

Melihat betapa besarnya perjuangan dan kasih sayang yang Pak Yuda beri demi anak dan istrinya, membuat Jestham terawai perasaannya. Ia memberikan sedikit tambahan rezeki lebih untuk sang Bapak dan keluarga, sebagai bentuk perhatian dan apresiasi atas kerja keras yang selama ini dilakukan Pak Yuda. "Ini rezeki dari Tuhan untuk Bapak," ucapnya dengan tulus. Pak Yuda pun tak kuasa lagi menahan tangisnya, Ia menerima rezeki itu dengan kedua tangan yang gemetar, menggenggamnya erat-erat seolah menerima sebuah harta karun yang tak ternilai harganya.
Kisah Pak Yuda ini menjadi pengingat berharga bagi kita semua tentang makna kehidupan yang sesungguhnya. Untuk semua ayah seperti Pak Yuda di luar sana yang bangun jauh sebelum fajar menyingsing, pulang ketika matahari sudah lama terbenam, dan rela mengorbankan segala tenaga serta waktunya hanya demi bisa menghidupi keluarga.
Dunia mungkin tak selalu melihat atau menghargai setiap tetes keringat dan pengorbananmu. Namun percayalah, setiap doa yang kau panjatkan, setiap langkah kakimu yang lelah, dan setiap tetes keringat yang mengalir di siang hari yang terik, semua itu sedang ditulis sebagai bagian dari kisah kebahagiaan untuk masa depan anak-anakmu. Seperti matahari pagi yang selalu muncul setelah malam yang gelap, rezeki pun akan datang tepat pada waktunya, dengan cara yang seringkali tak terduga.