Rezeki dari Tuhan: Perjuangan dan Ketulusan Seorang Bapak Pencari Barang Bekas

oleh Ramanda Aulizabullet
Ditinjau oleh Thomas Iskandar
Sumber: youtube/@ownerjestham
Sumber: youtube/@ownerjestham

Rezeki dari Tuhan: Perjuangan dan Ketulusan Seorang Bapak Pencari Barang Bekas

Medan Sunggal, Kota Medan - (13/02/25) Sengatan matahari siang itu menyisakan perih di kulit, tapi tak sepedih kerutan di wajah Bapak tua yang duduk termangu di tepi minimarket, tas plastik penuh barang bekas di pangkuannya bercerita lebih banyak daripada kata-kata. Pakaiannya yang lusuh dan wajahnya yang lelah menceritakan sebuah kehidupan yang penuh perjuangan. Tanpa pikir panjang, Jestham menghampiri dengan niat ingin mengulurkan kebaikan untuk membelanjakan sang Bapak sembako kebutuhan rumah tangga, "Ada rezeki dari Tuhan, saya belanjakan sembako. Bapak mau?" Bapak itu tertegun sejenak sebelum akhirnya menerima ajakan tersebut dengan perasaan yang tak pernah Ia sangka.



Jestham mengajaknya masuk ke minimarket dan memberikan kesempatan emas, membiarkan sang Bapak untuk mengambil apa saja yang menjadi kebutuhan pokok rumah dalam waktu 4 menit. Momen berikutnya menjadi saksi sebuah keikhlasan yang jarang terlihat. Dengan hati-hati, Bapak itu memilih barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, telur, dan kopi dan lainnya. Setiap barang diambilnya dengan penuh pertimbangan, seolah ingin memastikan tidak ada yang terbuang sia-sia. "Ini buat masak," bisiknya sambil memasukkan garam dan gula ke dalam keranjang.



Setelah semua kebutuhan berhasil dikumpulkan, percakapan singkat itu membuka sebuah kisah hidup yang menyentuh hati. Bapak pemulung itu, di usianya yang ke-64 tahun, ternyata adalah seorang pejuang kehidupan sejati. Setiap hari sejak subuh hingga larut malam, Ia berjalan kaki puluhan kilometer mengumpulkan botol dan kardus bekas. "Kadang dapat Rp20.000, kadang cuma cukup untuk beli ubi," ujarnya dengan senyum getir. Yang membuat Jestham terharu adalah pengorbanannya untuk keluarga. Dengan bangga ia bercerita bagaimana menjual rumah demi membiayai pendidikan anak-anaknya sampai sarjana, meski sekarang ia harus menyewa kamar kecil bersama istrinya.



Merajut Rezeki di Usia Senja Melalui Barang Bekas
Merajut Rezeki di Usia Senja Melalui Barang Bekas


Di sela-sela perbincangan, Bapak itu membuka hati tentang perjuangan hidupnya. "Kadang saya bertanya pada Tuhan, kenapa nasib saya begini," ujarnya dengan suara parau. "Tapi satu hal yang saya syukuri, sampai usia 64 tahun ini, tak satu pun penyakit menempel di badan saya." Matanya berbinar saat mengungkapkan ini, "Buat apa mengeluh? Yang penting saya masih bisa bekerja, masih bisa cari rezeki halal." Kalimat-kalimat sederhana itu mengandung pelajaran mendalam tentang kesabaran dan syukur yang tulus.



Ketika tiba saatnya berpamitan, Jestham memberikan sedikit tambahan bantuan. Seketika air mata Bapak itu mengalir deras, tangannya gemetar tak kuasa menahan haru. Tanpa berkata-kata, dengan khidmat Ia bersujud syukur diantara sela pembatas rak minimarket itu. Dahinya menyentuh lantai, bahunya bergetar pelan, sementara bibirnya tak henti-henti merapalkan syukur. "Alhamdulillah... semoga Allah melancarkan rezeki Anda, Nak, dan diberi kesehatan selalu," ujarnya dengan suara parau usai bangkit dari sujud, matanya masih basah. Jestham terpaku menyaksikan momen sakral itu, seorang Bapak renta berusia 64 tahun yang di tengah kesulitannya, justru menjadikan sujud sebagai ungkapan syukur pertama sebelum segalanya.



Di tengah kerasnya kehidupan, ketabahan Bapak itu bagai lentera, mengingatkan kita bahwa selama masih ada kesempatan untuk bersyukur dan berdoa, selama itu pula harapan tak pernah benar-benar padam. Semoga di sisa usianya, Bapak selalu diberikan kekuatan untuk terus berjuang dengan hati yang ikhlas.

Referensihttps://www.youtube.com/watch?v=nUj9XNrjACY