Kesendirian Bukan Akhir: Menjemput Rezeki dengan Hati yang Tabah

Kesendirian Bukan Akhir: Menjemput Rezeki dengan Hati yang Tabah
Medang Tembung, Kota Medan - (02/04/25) Di tinggalkan oleh orang tersayang untuk menjalani kehidupan ini adalah sebuah kepahitan yang mau tidak mau harus tetap kita lewati dengan penuh sukacita. Begitu pula dengan seorang Bapak penarik becak yang Jestham temukan saat sedang di pinggir jalan, membagikan sembako-sembako yang dibawanya. Sedari dulu sampai di usia senja ini, Ia masih tetap bersemangat untuk menjemput rezeki dari Tuhan, menjalani hari-hari tanpa seorang istri yang telah bertahun-tahun lalu meninggalkannya.
Saat Jestham bertemu dengannya, Bapak itu sedang beristirahat setelah berkeliling mencari penumpang sejak pagi. Dengan senyum lapang, Ia bercerita bahwa sejak pagi Ia sudah berkeliling namun belum mendapatkan penumpang. Meski belum menghasilkan, Ia tak mengeluh. Justru, Ia menceritakan perjuangannya memulai hidup sederhana dengan becak dayung sewaan, lalu berusaha keras hingga akhirnya bisa memiliki becak sendiri. Dengan mata berbinar, Ia berbagi keyakinannya bahwa rezeki akan selalu datang bagi mereka yang menyayangi istri.

Bapak itu kini hidup sendirian setelah sang istri meninggal empat tahun lalu. Saat ditanya apakah Ia merasa sepi, Ia mengakui bahwa kesendirian itu terasa berat. Ia memiliki tiga anak yang sudah berkeluarga, namun memilih untuk mandiri tanpa merepotkan mereka. Dengan ketegaran yang menginspirasi, Ia menyatakan prinsipnya untuk bersyukur atas rezeki yang ada dan bersabar jika belum datang.
Meski hidup sendiri, Bapak itu tetap aktif bekerja. Kadang Ia menghabiskan waktu dengan mengantar cucu-cucunya sekolah jika ada kesempatan. Dengan sikap rendah hati, Ia menganggap pekerjaannya bukan hanya untuk mencari nafkah, tapi juga sebagai pengisi kekosongan hati setelah ditinggal sang istri. Ia mengakui bahwa aktivitas ini membantunya mengusir kesedihan.
Ketika ditanya tentang sosok istri di matanya, Bapak itu menjawab dengan penuh penghayatan bahwa sang istri sangat berarti dan selalu memberikan perhatian. Dengan senyum, Ia mengenang bagaimana dulu sang istri selalu mendukungnya meski dalam keadaan serba kekurangan. Ia juga berpendapat bahwa sifat cerewet seorang istri sebenarnya memiliki maksud baik. Dengan bijak, Ia berpesan kepada para suami untuk selalu menyayangi istri dan keluarga karena itu akan melancarkan rezeki.
Hidup hemat dan bersyukur adalah prinsip yang Ia pegang teguh. Ia mengingatkan pentingnya hidup sesuai kemampuan dan tidak boros. Dengan penuh keyakinan, Ia menyampaikan pepatah bahwa hemat pangkal kaya sementara boros pangkal miskin. Meski hidup sederhana, Ia merasa cukup dan bersyukur atas apa yang dimilikinya.
Di akhir pertemuan, Jestham memberikan sejumlah uang tunai kepada Bapak tersebut sebagai bentuk dukungan. "Ini saya ada rezeki dari Tuhan untuk Bapak," ujar Jestham dengan tulus. Bapak itu pun menerimanya dengan haru, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Jestham mendoakan Bapak itu agar selalu sehat dan dimudahkan rezekinya. Dengan penuh hormat, Ia juga mendoakan almarhumah istri Bapak tersebut. Bapak itu pun mengangguk haru sambil mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Perjuangan hidupnya menjadi bukti nyata bahwa semangat dan ketulusan hati tak pernah lekang oleh waktu. Tetap semangat, Bapak! Doa-doa tulusmu pasti sampai, dibalut cinta dan pengorbanan yang tak ternilai.