Keteguhan Hati Seorang Ayah: Kisah Haru Bapak Silaban

Keteguhan Hati Seorang Ayah: Kisah Haru Bapak Silaban
Kota Binjai, Sumatera Utara - (11/02/25) Seperti matahari yang terus bersinar meski terkadang tertutup awan, begitulah ketegaran seorang Ayah, tetap teguh meski badai kehidupan menerpa. Di tengah teriknya siang di Binjai, seorang Bapak tua berdiri kuat di pinggir jalan melewati hari dengan bekerja sebagai tukang parkir. Wajahnya yang penuh kerutan menceritakan perjalanan hidup yang tak mudah, namun matanya masih memancarkan harapan.
Melihat kondisi Bapak itu, Jestham tergerak untuk memberikan bantuan. Dengan tulus, Ia mengajak Bapak tersebut berbelanja sembako gratis di minimarket dalam waktu 2 menit. Ekspresi takjub dan rasa syukur langsung terpancar dari wajah sang Bapak, seolah rezeki yang tak terduga datang menghampirinya. Tanpa banyak kata, Ia mengangguk penuh haru, mengikuti langkah Jesica Thamrin menuju sebuah minimarket.

Bapak Silaban, begitulah Ia dipanggil, ternyata telah lama menjalani hidup penuh perjuangan. Setiap hari, Ia bekerja dari pagi hingga malam sebagai tukang parkir dengan penghasilan pas-pasan. Separuh dari pendapatannya harus dibagi dengan rekan kerjanya, menyisakan hanya cukup untuk sekadar bertahan hidup. Dua anaknya yang masih tinggal bersamanya menjadi alasan Ia terus berjuang, sementara dua anak lainnya telah merantau jauh. Berpisah dengan sang istri delapan tahun lalu semakin menambah berat beban hidupnya, namun tak sedikit pun mengikis semangatnya.
Dengan cekatan, Bapak Silaban memilih kebutuhan pokok di rak-rak minimarket tersebut. Beras, minyak, telur, dan gula segera memenuhi keranjangnya. Setiap barang yang diambilnya seolah menjadi penawar rindu akan kehidupan yang lebih layak untuk anak-anaknya. Di balik senyumnya, tersimpan cerita tentang hari-hari dimana Ia harus menahan lapar hanya dengan segelas air putih, berjuang menyisihkan sedikit uang dari penghasilannya yang pas-pasan demi mewujudkan impian menyewa rumah tempat keluarganya bisa berkumpul kembali.
Perjuangan Bapak Silaban adalah gambaran nyata ketangguhan seorang Ayah. Meski hidup tak pernah mudah, Ia tak pernah menyerah. Kerinduannya untuk menyatukan kembali keluarganya tercermin dari keinginannya menyewa rumah sederhana, tempat semua anaknya bisa berkumpul. Mimpi sederhana yang bagi orang lain mungkin biasa, tapi baginya adalah harapan yang terus menyala di tengah kegelapan.
Di akhir pertemuan, Bapak Silaban menerima bantuan tambahan dengan mata berkaca-kaca. Tangannya yang kasar menggenggam erat pemberian itu, seolah memegang harapan baru. Ia memanjatkan doa tulus agar kebaikan Jestham dibalas berlipat ganda oleh Yang Maha Kuasa. Sementara itu, harapan yang sama mengalir dari Jestham, semoga sang Bapak senantiasa diberi ketabahan, kesehatan, dan cahaya petunjuk dalam setiap langkah hidupnya.
Pertemuan ini bagai dua aliran sungai yang bersatu sejenak, mengingatkan bahwa kebaikan sekecil apa pun akan selalu meninggalkan jejak keabadian di hati. Seorang Ayah adalah pelita dalam gelap, yang terus menyala meski minyaknya hampir habis. Karena cinta tak pernah mengenal kata menyerah, hanya ada ketulusan yang abadi. Sehat selalu, Bapak!