Ketulusan Tukang Parkir yang Menghangatkan Hati

Ketulusan Tukang Parkir yang Menghangatkan Hati
Lubuk Pakam, Deli Serdang - (18/02/25) Di tengah teriknya matahari, seorang tukang parkir bernama Pak Edward duduk termenung di pinggir jalan. Wajahnya yang terbakar matahari dan baju sederhananya menggambarkan perjuangan hidupnya yang tak mudah. Suatu siang, ketika Jestham memarkirkan mobilnya, terjadilah momen istimewa yang mengubah hari mereka berdua.

Saat hendak membayar biaya parkir, ternyata Pak Edward tidak memiliki uang kembalian. Alih-alih memintanya menunggu atau mencari uang pecahan lain, dengan tulus Ia membiarkan Jestham pergi tanpa membayar. Sikap jujur dan ikhlas inilah yang membuat Jestham terkesan dan tergerak untuk membalas kebaikan hatinya.
Tanpa pikir panjang, Jestham mengajak Pak Edward berbelanja sembako sepuasnya di minimarket terdekat. Reaksi Pak Edward sungguh mengharukan. Dengan mata berkaca-kaca dan tangan gemetar, Ia tak percaya mendapatkan kebaikan seperti ini untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Di dalam minimarket tersebut, dengan hati-hati Ia memilih berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, mie instan, dan sabun mandi, sambil sesekali memikirkan tetangga yang mungkin lebih membutuhkan.
Sambil berbelanja, Pak Edward bercerita tentang kehidupannya yang penuh perjuangan. Setiap hari Ia hanya mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp70.000 setelah menyetor Rp50.000 sebagai ijin parkir resmi. Uang pas-pasan itu harus Ia bagi untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya. Tak jarang Ia harus menahan lapar dari pagi hingga sore demi menghemat uang.
Yang lebih menyedihkan adalah perlakuan tidak adil yang sering Ia terima. Pernah suatu kali, hanya karena tidak bisa mengembalikan uang Rp2.000, seorang pengendara meludahinya. Ada juga yang marah-marah dan menuduhnya mengambil uang parkir tanpa hak. Namun, dengan kesabaran yang luar biasa, Ia memilih untuk tidak membalas. Keyakinannya yang teguh bahwa setiap kebaikan akan mendapatkan balasannya sendiri menjadi penopang hidupnya.
Ketika ditanya tentang rahasia ketabahannya, Pak Edward menjelaskan bahwa imannya menjadi kekuatan utama. Setiap Minggu Ia selalu menyempatkan diri untuk beribadah, meyakini bahwa dengan mencari Tuhan terlebih dahulu, segala kebutuhan hidupnya akan dicukupkan. Bahkan di hari Minggu ketika Ia beribadah, ia tetap menyetor uang ijin parkir meski tidak bekerja.
Di akhir pertemuan, Jestham memberikan tambahan uang untuk Pak Edward, sebagai bekal bagi keluarganya. Pak Edward pun tak kuasa menahan haru, matanya berkaca-kaca menerima kebaikan yang tak pernah Ia duga ini. Dengan suara bergetar, Ia mengungkapkan betapa berartinya hari itu baginya.
Sebelum berpisah, Pak Edward meninggalkan pesan bijak bahwa Tuhan selalu melihat setiap kebaikan yang dilakukan manusia. Meski terkadang diperlakukan tidak adil, yang penting adalah tetap menjaga hati untuk terus berbuat baik. Baginya, burung-burung di udara saja Tuhan pelihara, apalagi manusia yang memiliki akal dan pikiran.
Semoga setiap tetes keringat yang Ia keluarkan, setiap kesabaran yang Ia praktikkan, dan setiap kebaikan yang Ia tabur, berbalas dengan rezeki yang melimpah, kesehatan yang prima, serta kebahagiaan untuk keluarganya. Kiranya Tuhan membukakan pintu-pintu keberkahan yang lebih luas, mengangkat derajatnya, dan memudahkan segala urusannya, sebagaimana Ia pun selalu memudahkan orang lain dengan hati yang tulus.